Jumat, 01 Mei 2015

Pandai menasehati orang lain, harus pandai juga menasehati diri sendiri

Aku suka memperhatikan orang-orang yang sedang menasehati orang lain, apalagi orang-orang yang pernah menasehatiku pasti akan lebih kuperhatikan lagi dan pastinya bakal diinget terus, tapi terkadang tak jarang apa yang kudengar dari mulut mulut penasehat itu ternyata perbuatannya tidak mencerminkan apa yang dikatakannya.
Bagaimana rasanya jika kita dinasehati seseorang tapi ternyata justru ia melanggar apa yang pernah ia larang kepada kita, mungkin kalau sekali dua kali karena khilaf bisa dimaklumi, tapi kalau sudah berkali-kali dan disengaja pula,pasti kecewa bukan? rasanya lucu sekali, apalagi kalau melakukannya didepan kita, kok tidak malu ya? *geleng-geleng*
Aku pernah merasakannya ketika menjadi pengurus organisasi,dan memang rasanya sangat malu ketika hanya bisa menasehati anggota tetapi kita sendiri melanggar.yang dinasehatinnya pun pasti sangat kecewa melihatnya, dan dari kejadian itulah aku belajar untuk tidak terjatuh kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
seharusnya seorang penasehat itu setidknya dia juga mau berusaha untuk mengamalkan apa yang pernah ia katakan untuk menasehati orang lain, karena jika tidak itu sama saja dia sedang merendahkan orang lain sekaligus merendahkan dirinya sendiri.
Jika kita menasehati orang lain, maka berusahalah untuk menerapkan juga apa yang pernah kita nasehati.karena dengan cara seperti itu selain dapat menghormati diri sendiri, kita telah menghargai perasaan orang yang pernah kita nasehati.
Memang benar kita tidak perlu melihat siapa yang menasehati, tetapi kita harus melihat apa yang dinasehati. tetapi mengkritisi penasehat juga bukan hal yang buruk karena kita juga berhak menasehati kembali orang yang menasehati kita, karena itu merupakan bentuk kepedulian kita juga kepada orang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar