Jumat, 04 Desember 2015

Puisi-puisi Afiyah Hawada di Swara Nasional Pos (Edisi 18 - 25 Mei 2015)

SAAT HITAM MENJADI WARNA HIDUPKU   

kupandangi  langit  hitam yang begitu pekat
sepekat hatiku yang telah lama tersesat
terjebak dalam  lembah  yang tiada berarah
menghunus  nurani  yang tak lagi merekah

hitam ...
tak sedikitpun cahaya itu terpancar
bunga-bunga pun tak lagi bermekar
semuanya tertutupi oleh hitam
seperti kisahku pada masa silam

hitam ...
kuingin menghapus warnamu yang seperti  duri
yang telah menusuk imanku hingga mati
kuingin melukis hatiku kembali
menggantinya dengan warna putih nan suci

ingin kuhapus hitamnya hati yang telah lama terkotori
bermetamorfosa menjadi manusia sejati
agar kudapatkan kembali cinta ilahi
dan dapat mencium wangi semerbak aroma surgawi

Jakarta, 2013


BUNGA RINDU YANG LAYU

Kulihat bunga-bunga itu kini telah layu
Terpanggang panasnya api bernama benci
Tak lagi mengharumi pelataran hati
Kini ... tak kucium lagi wangi kerinduan
Yang hadirnya kerap menebar keindahan
Memberi nuansa rasa bahagia pada jiwa
Ia seperti menepi pada ruang yang entah
Tak menginginkan kembali manisnya cinta
Setelah pahitnya hadir menorehkan luka

Indramayu, Maret 2015


JADILAH SEPERTI RAJA YANG DIRINDUKAN

Kala segenggam  ikrar dikumandangkan
Ketika itulah amanah telah diserahkan
Bukan hanya sekedar pengucapan
Tetapi harus disertai pembuktian

Wahai, para pemimpin yang bijaksana
Kokohkan selalu benteng kebijaksanaan
Agar rakyatmu tidak menjadi sengsara
Tertancap perihnya jarum pengingkaran

Duhai, para pemimpin yang adil
Tegakkan selalu pondasi keadilan
Agar rakyatmu tak banyak mengucil
Sebab minimnya selendang kejujuran

Pikirkan perihal pertanggung jawaban
Di dunia maupun di alam akhirat kelak
Jadilah seperti raja yang selalu dirindukan
Sebab komitmennya menjaga dalam gerak

Indramayu, 20 maret 2015


SENJA YANG SETIA

Pada senja yang masih setia melukis langit 
aku bertanya tentang pesona jingga yang ada padanya
pesona yang dapat memikat mata siapapun yang memandangnya
warna kemilau jingga yang meneduhkan jiwa
untuk apa ia pancarkan sinarnya di alam raya?

Ia hanya menjalankan apa yang dititahkan olehNya
keindahannya hanya akan ia pancarkan jika sore hari telah tiba
lalu gulita malam akan beranjak pergi menggantikannya
ia hadir menjadi pengingat bahwa malam akan datang menyapa
malam pun akan setia mejejakkan hadirnya pada mayapada
;pada tempat dimana segala makhluk-makhluk Allah bertahta
seperti halnya senja yang akan tetap ada sebelum malam tiba

Gunung Kuda, November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar